Rasulullah Kesiangan



Di dalam sebuah riwayat pernah dijelaskan bahwasanya nabi Muhammad saw  kesiangan salat subuh. Oleh sebagian kelompok hal ini dijadikan alasan bahwa nabi pernah melakukan dosa dan beliau tidak ma’sum. Ma’sum ialah terhindar dari dosa. Apakah riwayat tersebut dibenarkan dan bisa dijadikan hujjah ? Sebelum menelaah lebih dalam lagi, sebaiknya kita mengetahui hadits tersebut. 
Diriwayatkan dari Imam Bukhori dalam kitabnya Shohih Al Bukhori.
عن عبد الله ابن قتادة عن ابيه , قال : سرنا مع النبي صل الله عليه وسلم ليلة . فقال : بعض القوم : لو عرست بنا يا رسول الله . قال : اخاف ان تناموا عن الصلاة قال بلال : انا اوقضكم فاضطجحوا واسند بلال ظهره الى  راحلته فغلبته عيناه فنام فاستيقظ اانبي وقد طلع حاجب الشمس , فقال : يا بلال , اين ما قلت ؟ قال : ما القيت علي نومة مثلها قط , قال : ان الله قبض ارواحكم حين شاء , وردها عليكم حين شاء , يا بلال , قم فادن بالناس بالصلاة . فتوضا فلما ارتفعت الشمس وابيضت قام فصلى .
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Qatadah dari ayahnya berkata : “Kami pernah melakukan perjalanan (yang melelahkan) bersama Nabi saw, hingga pada suatu malam sebagian dari mereka berkata,”Wahai Rasulullah , sekiranya anda mau  istirahat sebentar bersama kami ?” Beliau menjawab, “Aku khawatir kalian tertidur sehinga terlewatkan salat.” Bilal berkata,”Aku akan membangunkan kalian.” Maka mereka pun berbaring sedangkan Bilal bersandar pada hewan tunggangannya. Namun ternyata rasa kantuk mengalahkannya dan akhirnya Bilal pun tertidur.
Ketika Nabi saw terbangun, ternyata matahari sudah jelas menampakkan cahayanya, mka beliau pun berkata,”Wahai Bilal, mana janji yang kau ucapkan?”
“Aku belum pernah sekalipun merasakan kantuk seperti ini sebelumnya,” jawab Bilal.
Beliau lalu bersabda, “Sesungguhnya Allah swt memegang ruh-ruh dari kalian menurut kehendak-Nya dan mengembalikan mereka kepada kalian, juga sebagaimana kehendak-Nya. Wahai Bilal, berdiri dan adzanlah (umumkan) kepada orang-orang untuk salat!”
Kemudian Rasulullah saw berwudu, ketika matahari meninggi dan tampak sinar putihnya, beliau pun berdiri melaksanakan salat.

Hadis tersebut sudah sangat jelas bahwa Rasulullah saw kesiangan karena tidak sengaja dan lelahnya perjalanan. Kejadian tersebut merupakan kehendak Allah swt. Agar umat islam yang tidak melaksanakan salat fardu karena sebab udur seperti lupa dan tertidur dapat menggantinya.dalam perkara ini syariat mewajibkan mengganti salat yang belum dikerjakan. Sering kita sebut dengan mengqada' salat. Haram hukumnya bagi muslim meninggalkan salat fardu selama hidupnya.

Hadis tersebut juga memberi penjelasan bahwasanya kelelahan hingga tertidur pulas adalah sifat manusiawi. Hal tersebut bukanlah termasuk aib dan juga bukan merupakan sifat tercela karena termasuk takdir Allah swt.

Jadi, kelompok yang beranggapan bahwasanya Rasulullah saw tidak ma’sum tidak dibenarkan. Hal tersebut membuktikan bahwa kasih sayang Allah swt melebihi segalanya. Nabi saw membawa ajaran yang Rahmatan lil Alamin.

Dari kisah diatas Rasulullah saw memberikan teladan yang baik bagi umatnya yang kesiangan salat subuh. Namun hal ini bukan berarti kita tidak mempersiapkan diri untuk bangun pagi. Kisah tersebut juga dapat diqiyaskan pada salat fardu yang lainnya. Karena ada hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik sebagai berikut :
“Barang siapa yang lupa mengerjakan salat fardu, maka, kerjakanlah ketika ingat tanpa kaffarat (denda) atas lupanya itu kecuali dengan mengerjakan salat yang ditinggalkan.”  

Bagi yang tidak melaksanakan salat fardu sampai melebihi batas waktu yang ditentukan. Maka wajib baginya mengganti salat tersebut ketika ingat dengan segera.

Selain Nabi pernah kesiangan salat subuh ada sebagian riwayat yang menyatakan bahwa nabi juga melaksanakan salat asar di waktu maghrib disaat beliau selesai dari perang khandaq. Kejadian-kejadian seperti itu bukan karena Nabi lalai mengerjakan salat. Pastinya karena alasan-alasan yang dibenarkan dalam syariat. Jika kejadian tersebut tidak dialami oleh Rasulullah saw, maka umat islam yang tidak melaksanaka salat tidak akan diampuni oleh Alah swt. Dalam arti lain salat adalah ibadah yang mutlak harus dikerjakan tepat pada waktunya.

Akankah kita sebagai umat islam yang sudah Allah berikan beribu-ribu nikmat tidak mensyukurinya. Barang siapa yang bersykur kepada Allah swt, maka akan ditambah rezekinya. Dan barang siapa yang mengingkari nikmat Allah swt. Maka sungguh murka-Nya sangatlah kejam.

Penulis: Hisbul Hamzah (Mahasantri Ma'had Aly Nuris)

0 Comments

Top