The month to forgive before the
month of forgivenes
Nisfu sya’ban adalah peringatan
pada tanggal 15 bulan kedelapan dari kalender Hijriyah. Pada malam ini juga dikenal sebagai Lailatul Bara’ah atau
malam pembebasan, ada juga yang menyebut sebagai Lailatul Mubarakah atau malam
yang diberkahi Allah. Disebut sebagai Lailatul Mubarakah karena di dalamnya
turun rahmat, keberkahan, kebaikan, dan pengampunan bagi manusia, jin, dan
penduduk bumi lainnya.
Syekh Abdul Qadir al Jailani
menegaskan:
“ dikatakan bahwa malam Nisfu Sya’ban
disebut sebagai malam pembebasan karena di dalamnya terdapat dua pembebasan.
Pertama, pembebasan untuk orang orang celaka dari siksa-Nya. Kedua, pembebasan
untuk para kekasih Allah dari kehinaan “
Pada malam Nisfu Sya’ban Nabi
Muhammad mengalami mukjizat yang luar biasa dan dikenang sepanjang zaman,
peristiwa ini adalah terbelahnya rembulan. Hal ini dijelaskan dengan bentuk
syair,
“Pada pertengahan bulan Sya’ban
ketika rembulan ada diposisi istiwa dengan kesempurnaan cahayanya di ufuk, terjadilah
perbincangan di sudut kota Makkah antara Rasulullah dan kaum Quraisy. Rasulullah
mengajak mereka pada kebenaran, agar diri mereka bisa lepas dari jeleknya
kesyirikan. Dengan ajakan ini mereka memberikan syarat berupa bisa melihat
terbelahnya bulan, kemudian bulan terbelah dengan jelas “
Namun setelah bulan terbelah
menjadi dua dengan sangat jelas dan mereka(Kafir Quraisy) menyaksikan secara
langsung, apakah mereka langsung beriman?. Berdasarkan beberapa pendapat yang
shahih menjelaskan bahwa setelah peristiwa tersebut terjadi kaum kafir Quraisy berpaling,
dan mengatakan bahwa kejadian tersebut adalah sihir. Selain itu mereka juga
medustakan Nabi Muhammad serta tetap mengikuti keinginannya. Dari kejadian ini
dapat diambil kesimpulan bahwasannya orang yang sudah jelas melihat kekuasaan
Aallah pun masih bisa ingkar dan tetap keras kepala dengan apa yang mereka
percaya.
Dalam kitab Fadhilah
al-Muharrom wa Rajab wa Sya’ban dijelaskan bahwasannya malam Nisfu Sya’ban
ini merupakan hari raya bagi para Malaikat, sebagaimana malam Lailatul Qadar.
Kemudian muncul pertanyaan, mengapa hari raya para Malaikat terjadi pada malam
hari sedangkan hari raya manusia terjadi pada pagi hari. Dengan tegas KH Sholeh
Darat menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan sumber kitab karangan beliau. Malaikat
itu tidak tidur berbeda dengan manusia, Sebab itulah hari raya para Malaikat
terjadi pada malam hari.
Sejatinya pada malam Nisfu
Sya’ban ini tidak ada ketentuan doa atau amalan yang dibaca, bahkan bisa dari
doa yang dibuat sendiri. Namun lebih utama apabila doa atau amalan dari para
guru, ulama, atau orang-orang pilihan. Sebagian ulama besar mengajarkan kita
untuk membaca Surat Yasin sebanyak tiga kali dengan niat yang berbeda, yang
mana hal ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia pada setiap malam
pertengahan Nisfu Sya’ban. Selain membaca Surat Yasin sebanyak tiga kali kita
juga dianjurkan untuk memperbanyak berdoa, membaca istighfar, sholawat, takbir,
dan tahmid.
Sangat disayangkan apabila malam
yang begitu mulia ini tidak kita isi dengan hal-hal yang bermanfaat, sebab pada
bulan ini tentu saja Allah akan melipat gandakan pahala bagi orang yang mau
mendekatkan diri kepada-Nya. Semoga Nisfu Sya’ban pada Hijriyah kali ini bisa
menjadi momentum kita untuk memperkuat ibadah kepada Allah SWT.
Penulis: Dwi Erma Kusumaningsih (Mahasantri Ma'had Aly Nurul Islam)
0 Comments