Sifat Allah Swt Tidak Terbatas hanya Dua Puluh



Setiap umat Islam yang mukallaf harus ma’rifat, mengetahui dan mengenal Allah Swt. Sebagaimana yang terdapat dalam kitab Matan al-Zubad “Pertama yang wajib bagi manusia ialah mengetahui Tuhan dengan penuh keyakinan.” Cara ma’rifat tersebut ialah dengan mengenal sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi-Nya karena Allah Swt tidak bisa dilihat secara langsung di dunia maka dengan cara itulah kita bisa mengenal-Nya.

Sifat-sifat di atas tercantum dalam akidah Asy’ari yang 50, seperti yang dicetuskan oleh Imam Sanusi dalam kitab Umm al-Barahin. Dinamakan akidah 50 karena sifat  wajib bagi Allah Swt mencakup 41 bagi Allah Swt 9 bagi para rasul. Yang akan dibahas kali ini ialah sifat-sifat Allah Swt. Yakni 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil dan 1 sifat jaiz. Sifat wajib merupakan sifat yang menunjukkan kesempurnaan bagi Dzat Allah Swt Yang Maha Suci dan mustahil Allah Swt memiliki sifat kebalikannya (kekurangan yang tidak layak bagi-Nya). Perlu diketahui bahwasanya  pengertian “wajib” dalam bab akidah dan fikih berbeda.

Wajib dalam bab akidah ialah sesuatu yang pasti ada, akal tidak percaya kalau sesuatu itu tidak ada, sedangkan dalam bab fikih wajib memiliki makna apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat dosa. Jadi makna keduanya sangatlah berbeda jauh.

Maka karena itu Ahl al-Sunnah wal al-Jamaah  memberi nama sifat wajib bagi Allah Swt. Sifat wajib ini lumrah kita kenal dengan sifat 20. Lantas ada pertanyaan, mengapa sifat Allah Swt hanya terbatas pada 20 sifat? Sedangkan Asmaul Husna ada 99? Jawaban atas pertanyaan tersebut ialah sebagai berikut:

Pertama, pada dasarnya para ulama tidak membatasi pada sifat 20. Allah memiliki sifat kesempurnaan yang layak diagungkan dari setiap kekurangan. Karena itu sifat kesempurnaan pada hakikatnya tidak terbatas, maka setiap sifat kesempurnaan yang layak berarti itu merupakan sifat Allah Swt. Hanya saja para ulama menetapkan bahwa manusia wajib mengetahui sifat 20, karena sifat ini merupakan batas kemampuan akal manusia untuk ma’rifat kepada Allah Swt. Di luar sifat 20 ini akal manusia tidak mampu lagi menelusurinya. Sebagaimana yang tercantum dalam kitab Syarh Umm al-Barahin karangan Imam Sanusi:

“Sifat-sifat Allah–Jalla wa ‘Azza–tidak terbatas pada 20 sifat ini, sebab kesempurnaan-Nya tidak terbatas, namun ketidakmampuan mengetahui sifat-sifat yang tidak terjelaskan oleh dalil 'aqli dan naqli membuat kita tidak disiksa karenanya, berkat anugerah Allah Ta'ala.”

Kedua, sifat wajib Allah  Swt merupakan sifat kesempurnaan dan kebalikannya bukanlah sifat Allah Swt, sepeti Wujud (ada) kebalikannya ‘Adam (tidak ada), Qudrah (berkuasa) kebalikannya ‘Ajzu (lemah). Maka semua kebalikan dari sifat wajib itu bukan sifat Allah Swt. Sedangkan kebalikan dari Asmaul Husna itu merupakan sifat Allah Swt, seperti al-Muhyi (Maha Menghidupkan) kebalikannya al-Mumit (Maha Mematikan), al-Basith (Maha Melapangkan) kebalikannya al-Qabit (Maha Menyempitkan). Kebalikan dari Asmaul Husna tetap menjadi sifat Allah Swt.

Ketiga, sifat wajib Allah Swt merupakan syarat ketuhanan (syart al-Ululhiyah), sedangkan selain itu merupakan sifat af’al (sifat yang berkaitan dengan perbuatan) Allah Swt. Dan sifat af’al jumlahnya tidak terbatas.

Keempat, Asmaul Husna adalah nama-nama terbaik bagi Allah Swt. Karena dalam nama tersebut pasti mengandung sifat kesempurnaan yang wajib bagi Allah Swt. Dan sifat tersebut menerangkan tentang Allah Swt. Jadi 99 nama itu pada dasarnya merupakan sifat Allah Swt.

Kelima, menurut Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah, 99 sifat yang terdapat dalam Asmaul Husna semuanya kembali pada sifat Allah Swt yang 20. Imam Ghazali menegaskan dalam kitabnya al-Maqshad al-Asna juz 1 hlm. 159:

“Maka Asmaul Husna (yang 99) ini dan selainnya tidak keluar dari kategori sepuluh ini (Asmaul Husna secara substansif kembali pada Dzat dan tujuh sifat ma’ani dalam sepuluh kategori). Qiyaskanlah Asmaul Husna yang telah aku sebutkan dengan yang tidak aku sebutkan. Sebab hal itu akan menunjukkan tidak terjadinya kesamaan (sinonim) pada Asmaul Husna sekaligus menunjukkan kembalinya Asmaul Husna pada tujuh sifat (ma’ani dan sifat wujud) yang masyhur ini.”

            Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah tidak membatasi sifat wajib Allah Swt hanya 20, tetapi itu adalah batas kemampuan akal manusia untuk menelusurinya. Juga kebalikan dari sifat wajib bukanlah sifat Allah Swt, sedangkan kebalikan dari Asmaul Husna termasuk sifat Allah Swt. Semoga kita senantiasa mendapat hidayah dari Allah Swt dan berakidah sesuai apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya.

Penulis: Agus Subairi (Mahasantri Ma'had Aly Nuris)

Daftar Pustaka:

Ibnu Ruslan, Matan al-Zubad (Mekkah: Al-Tsaqafah, Cet. I, 1984)

Imam Ghazali, Al-Maqshad al-Asna (Siprus: Al-Jaffan & Al-Jabi, Cet. I, 1897)

Imam Haramain al-Juwaini, Al-Waraqat (Mesir: Makatabah al-Musthafa al-Babi, 1950)

Imam Sanusi, Ummul Barahain (Surabaya: Al-Haramain, Cet. V, 2016)

Muhammad Idrus Ramli, Akidah Ahlussunnah wal Jamaah Penjelasan Sifat 50 (PP. Al-Hujjah:             Al-Hujjah Press)


0 Comments

Top